JAKARTA – Sejalan dengan semakin membaiknya perekonomian nasional, Lembaga pembiayaan Adira Financial menunjukkan performa solid pada 2021.
Sejalan dengan pertumbuhan penjualan industri otomotif di tahun 2021, Adira Finance mencatatkan pembiayaan baru sebesar Rp25,9 triliun, naik 39% year-on-year jika dibandingkan dengan 2020. Seluruh segmen mengalami kenaikan terutama pada segmen mobil baru, mobil bekas dan sepeda motor baru.
Sementara itu, Piutang pembiayaan yang dikelola Perusahaan tercatat masih menurun sebesar 8% y/y dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi Rp 40,4 triliun di 2021. Penurunan pada piutang yang dikelola sebagian disebabkan rundown portfolio yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan baru karena penjualan belum kembali ke tingkat pre-Covid.
Adira Finance pun menyambut baik program perpanjangan Pajak Penjualan Barang Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) untuk kendaran bermotor mulai 2 Februari 2022.
“Program subsidi pajak mobil sangat membantu perusahaan-perusahaan pembiayaan. Pabrikan dan supplier kembali bergerak setelah tidak berpoduksi karena tidak ada demand. Sekarang semuanya bergerak kembali. Subsidi pada 2021 telah berhasil. Dan gaikindo optimis tahun ini lebih baik dari tahun lalu,” kata Hafid Hadeli, presiden direktur Adira Finance, ke para wartawan hari ini (11/2).
Pada 2021, Perusahaan telah memberikan restrukturisasi kepada nasabah yang terdampak oleh krisis ekonomi akibat adanya pandemi Covid-19. Per posisi Desember 2021, jumlah kumulatif nasabah yang pinjamannya telah direstrukturisasi ada sebanyak Rp 19 trillion, sementara akun yang masih dalam periode penundaan pembayaran angsuran hanya sebesar Rp 34 miliar.
Per posisi Desember 2021, Rasio gross NPL konsolidasi tercatat sebesar 2,3%, turun jika dibandingkan September 2021 sebesar 3,2% yang didukung oleh membaiknya aktivitas ekonomi sehingga mempengaruhi kapasitas pembayaran konsumen.
Pada 2022 Adira Finance mendapat dukungan penuh dari Bank Danamon selaku perusahaan induk. Dengan begitu, Adira Finance bisa membiayai mobil-mobil premium sekelas Mercedes-Benz dan lain-lain.
Perusahaan membukukan pendapatan bunga sebesar Rp 8,8 triliun, turun 15% y/y dibandingkan tahun lalu, terutama karena penurunan piutang pembiayaan. Sementara itu, beban bunga turun sebesar 26% y/y menjadi Rp3,2 triliun sejalan adanya penurunan pada jumlah pinjaman dan biaya bunga. Hasilnya, pendapatan bunga bersih tercatat sebesar Rp 5,6 triliun turun 7% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara margin bunga bersih meningkat menjadi 13,5% dari 12,0% di FY20.
Beban operasional Perusahaan naik sebesar 7% y/y menjadi Rp3,7 triliun, sementara cost of credit menurun sebesar 29% y/y menjadi Rp1,4 triliun. Secara keseluruhan, laba bersih (NPAT) Perusahaan setelah pajak yang dibukukan naik 18,2% menjadi Rp 1,2 triliun di sepanjang tahun 2021. Hasilnya, Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) Perusahaan masing-masing meningkat menjadi sebesar 4,7% dan 14,7% dari sebelumnya sebesar 3,1% dan 13,3% pada 2020. ##