Jakarta – Penggunaan kendaraan elektrifikasi merupakan trend dunia yang merasuk di Indonesia. Oleh sebab itu, ada tantangan tersendiri bagi industri pelumas seperti Pertamina Lubricants. Kendaraan elektrifikasi, notabene, memiliki lebih sedikit komponen bergerak minim pelumasan.
Menjawab tantangan itu, Alva Kurnia Lestari, Senior Specialist Engine and Driveline Lubricants Pertamina Lubricants mengatakan, bahwa di Indonesia masih didominasi kendaraan dengan mesin pembakaran dalam (internal combustion engine = ICE) sebesar 99,95%, sementara kendaraan listrik 0,05%. Ini menunjukkan bahwa permintaan pelumas mesin akan tetap tinggi di masa depan.
“Meskin penjualan kendaraan listrik (EV) berkembang pesat, kendaraan ICE masih mendominasi. Namun permintaan akan pelumas dengan tingkat performa terbaru dan kualitas bahan dasar yang lebih tinggi terus bertambah, dipengaruhi oleh teknologi otomotif terbaru dan peraturan yang berlaku,” tukas Alva saat ditemui dalam gelaran JAMA Lube Oil Seminar 2025.
Menyambung Alvian, Werry Prayogi selaku Direktur Utama Pertamina Lubricants mengatakan, “Terkait trend kendaraan listrik (electric vehicle) di Indonesia, kami, sih, tidak pesimis, karena untuk EV sendiri masih ada beberapa tahun lagi untuk eksis sepenuhnya. Tapi kalau lihat isu-isunya, melalui presentasi di seminar tadi, kendaraan Jepang lebih berfokus ke hybrid electric vehicle (HEV). Tentunya masih ada peluang (bagi Pertamina Lubricants).”
Lalu, Werry juga menjelaskan bahwa pihaknya sedang menggali lebih dalam mengenai bagian-bagian apa saja yang sekiranya dapat dipakai terkait pelumas pada kendaraan elektrifikasi. Belum lagi, menurutnya pelumas bukan hanya untuk kendaraan saja, ada beberapa hal lain yang membutuhkan pelumas.
“Apabila nanti pengadopsian kendaraan elektrifikasi di Indonesia sudah sepenuhnya dilakukan, Terkait EV, kami akan melihat, apa nih yang dapat dipakai terkait pelumasnya, dan pelumas bukan cuma buat kendaraan saja, kapal di laut, alat berat, pabrik-pabrik, dan turbin,” lanjut Werry.
“Kami memang juga diberi bisnis tambahan, karena Pertamina juga memperkirakan bahwa EV akan ada. Sehingga ada beberapa chemical yang dijual, seperti sulfaktan untuk kegiatan di pertambangan. Saat ini produknya sedang dikembangkan, ada yang sudah jadi, dan pelan-pelan kami akan memainkannya. Ini merupakan sesuatu yang berbeda dengan pengembangan pelumas,” tambahnya.
Meski menghadapi tantangan yang cukup besar terkait mulai maraknya pengadopsian kendaraan elektrifikasi di Indonesia, Pertamina Lubricants juga sudah memiliki bekal lain yang membuat produk-produknya tetap diminati, yaitu melalui jalur ekspor.
“Kami punya perwakilan di Thailand dan Australia. Thailand melayani pasar Indochina, Laos, Australia, Afrika Selatan. Untuk porsi ekspor masih kecil, berdasar visi perusahaan menjadi pemain kelas dunia, kami akan main di pasar global yang bisa dibilang hutan belantara. Di sana aja kami memiliki porsi 6%, cukup besar dan masih bisa dimaksimalkan,” pungkas Werry Prayogi.**