BOGOR — Sebagai salah satu perusahaan otomotif di Indonesia, Suzuki memegang peranan penting dalam dekarbonisasi. Berdasarkan data dari Komisi Eropa volume emisi gas rumah kaca Indonesia pada 2022 = 1,24 gigaton setara karbon dioksida (Gt CO2e), sama dengan 2,3% dari total emisi gas rumah kaca global.
Dan, untuk mereduksi emisi karbon, Suzuki memiliki beberapa strategi. Pada 26 Januari 2023, pabrikan asal Hamatsu ini Growth Strategy for FY2030. Pada tahun fiskal 2030, Suzuki akan berkontribusi terhadap terwujudnya masyarakat netral karbon dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang seperti India, ASEAN, dan Afrika, dengan wilayah bisnis utama mereka Jepang, India, dan Eropa, sebagai intinya.
Di Jepang, dimulai dengan pengenalan bebarapa kendaraan mini komersial dengan baterai EV pada tahun fiskal 2023, Suzuki berencana untuk memperkenalkan SUV compact dan kendaraan mini penumpang, dengan 6 model yang akan diluncurkan pada tahun fiskal 2030. Selain itu, mereka akan mengembangkan hibrida baru untuk kendaraan mini dan compact, dan dengan menggabungkannya dengan kendaraan listrik baterai.
Di Eropa, mereka akan memperkenalkan kendaraan listrik baterai pada tahun fiskal 2024, memperluas ke SUV dan segmen B, dengan 5 model yang akan diluncurkan pada tahun fiskal 2030. Suzuki akan merespons secara fleksibel peraturan lingkungan dan kebutuhan pelanggan di setiap negara Eropa.
Di India, mereka akan memperkenalkan SUV baterai EV yang diumumkan di Auto Expo 2023 pada FY2024, dengan 6 model yang akan diluncurkan pada FY2030. Untuk menyediakan rangkaian produk dan layanan yang lengkap, mereka tidak hanya akan menyediakan kendaraan listrik bertenaga baterai tetapi juga kendaraan bermesin pembakaran internal netral karbon yang menggunakan bahan bakar campuran CNG, biogas, dan etanol.
Sementara di Indonesia, Suzuki memiliki Smart Hybrid Vehicle by Suzuki (SHVS). Setiap mobil hybrid mampu mereduksi emisi gas buang dari mesin ICE (mesin bakar dalam) sampai dengan 15%.
“Melihat data mengenai peningkatan volume emisi gas rumah kaca Indonesia, kami menyadari bahwa perlu adanya langkah pengurangan penggunaan energi untuk mengatasi berbagai persoalan lingkungan yang terjadi. Jika dilihat dari sumbernya, sektor transportasi menjadi salah satu penyumbang emisi yang cukup besar. Dengan mempertimbangkan ketersediaan infrastruktur dan kemampuan pasar secara umum, Suzuki berinisiatif untuk mengurangi penggunaan bahan bakar serta meminimalisir emisi gas buang yang dihasilkan kendaraan melalui teknologi hybrid,” ujar Harold Donnel, 4Wheel Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), kemarin (3/12), di Bogor, saat Diskusi Dekarbonisasi yang digelar oleh FORWOT.
“Selama dua tahun terakhir, kami telah menyematkan teknologi SHVS pada beberapa kendaraan yakni Ertiga Hybrid, Grand Vitara, dan XL7 Hybrid sebagai langkah awal Suzuki. Setiap bulan, ketertarikan pasar terhadap mobil hybrid pun semakin baik, contohnya penjualan mobil hybrid Suzuki di Indonesia mencapai 46% dibandingkan keseluruhan penjualan passenger model Suzuki pada Oktober 2023,” imbuhnya.
Teknologi SHVS didukung oleh dua komponen yaitu Integrated Starter Generator (ISG) dan Lithium-ion battery yang melengkapi keberadaan mesin pembakaran internal (ICE). Selain sebagai langkah awal menuju kendaraan karbon netral, teknologi SHVS juga ditawarkan Suzuki sebagai solusi akan kendaraan yang lebih efisien terhadap pengeluaran akan penggunaan bahan bakar untuk menjawab berbagai kebutuhan konsumen. ##