Jakarta — Sejak awal tahun 2025 pasar otomotif Indonesia mengalami tekanan. Penjualan kendaraan bermotor roda-4 ke atas dan roda-2 (sepedamotor) mengalami penurunan.
Data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) menampilkan penjualan kendaraan bermotor secara wholesale (dari pabrik ke distributor) sekitar 256 ribu unit sepanjang Januari-April 2025. Sementara pada periode yang sama tahun 2024 melewati 264.000 unit.
Penurunan dialami oleh industri sepedamotor. Berdasarkan informasi dari AISI (Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia) penyerapannya hanya 2,090 juta unit sepanjang Januari-April 2025, padahal pada periode yang sama tahun 2024 bisa menembus 2,154 jutaan unit.
Penurunan tersebut disebabkan oleh sejumlah tantangan, mulai dari wacana relaksasi TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), dibukanya pintu impor, hingga ketidakjelasan kebijakan subsidi kendaraan listrik. Kondisi ini menciptakan kegelisahan di pasar dan menyebabkan perlambatan penjualan yang signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Sektor sepedamotor listrik merasakan dampak paling nyata dari ketidakpastian subsidi. Adanya subsidi Rp7.000.000 pada tahun 2024 terbukti ampuh mendongkrak penjualan hingga mencapai 63.000 unit, melonjak tajam dari 11.000 unit di tahun sebelumnya.
Sementara penjualan sepedamotor listrik pada kuartal I 2025 hanya menyentuh angka 2.000 unit (jauh dari target pemerintah 200.000 unit hingga akhir tahun), terindikasi kuat akibat konsumen menahan diri dan menunggu kepastian program subsidi.
Sikap wait and see ini melumpuhkan pasar sepedamotor listrik. Pemerintah memiliki urgensi tinggi untuk segera mengumumkan kelanjutan atau ubahan skema subsidi kendaraan listrik. Penundaan keputusan akan menjadi batu sandungan serius bagi program adopsi kendaraan listrik yang tengah Diupayakan.
“Ketidakpastian mengenai kelanjutan subsidi sepeda motor listrik cukup kontraproduktif dan menciptakan kebimbangan baik untuk para pelaku industri dan konsumen. Kita sudah melihat bagaimana insentif pada tahun 2024 mampu mengakselerasi adopsi motor listrik. Tapi, yang lebih mendesak saat ini adalah kejelasan dari pemerintah. Apakah subsidi akan dilanjutkan atau tidak, keputusan itu penting untuk segera diumumkan. Jangan biarkan konsumen terus berada dalam ketidakpastian yang justru sangat menghambat pertumbuhan pasar motor listrik Indonesia. Kami sangat berharap pengumuman dan implementasi kebijakan subsidi yang jelas dapat dilakukan paling lambat pada semester pertama tahun 2025, sehingga momentum positif adopsi kendaraan listrik dapat terus terjaga,” kata CEO & Founder Maka Motors, Raditya Wibowo.
Meski demikian, Raditya optimis motor listrik punya masa depan yang cerah. Saat ini, publik menunggu kejelasan subsidi dari pemerintah.
“Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan pemerintah dapat memberikan kejelasan mengenai kelanjutan subsidi ini pada semester pertama tahun 2025, demi menjaga keberlangsungan pertumbuhan industri dan memberikan kepastian bagi para konsumen,” harapnya.
Saat ini Maka Motors meniagakan Cavalry yang sanggup menjelajah hingga 160 kilometer. Motor listrik ini sanggup menanjak kemiringan 30° dan memiliki kecepatan maksimal 105 km/jam. ##