Jakarta — Isu baterai dan infrastruktur pengisian daya baterai atau lebih dikenal dengan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) menjadi hambatan terbesar pertumbuhan industri kendaraan listrik di Tanah Air. Riset ini dijabarkan secara langsung oleh Populix, perusahaan yang bergerak dalam penyedia data dan layanan riset.
Saat ini ada 4 tipe kendaraan listrik, khususnya pada roda-empat di antaranya Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), Battery Electric Vehicle and Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV). Tipe HEV menjadi tipe yang lebih dikenal oleh masyarakat, jenis mobil listrik yang menggunakan dua sistem penggerak, yaitu mesin pembakaran (ICE) dan motor traksi.
AISI (Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia) mencatat, sampai 24 November 2023, terdapat 107.841 unit kendaraan listrik, baik motor maupun mobil. Sementara itu Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi pada 3 April 2024, merilis jumlah KBLBB (Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai) berdasarkan jumlah SRUT (sertifikasi registrasi uji tipe) yang terbit yaitu 133.225 unit.
Dalam riset, Populix menyimpulkan audience memiliki kekhawatiran dengan sisa baterai selama perjalanan (65%), kapasitas jarak tempuh terbatas (61%), dan tidak semua bengkel menerima perbaikan meskipun kerusakannya non-listrik (49%). Selain itu, keterbatasan infrastruktur atau fasilitas charging (43%) dan lokasi stasiun pengisian daya yang masih sedikit dan cenderung jauh (42%) juga menjadi tantangan yang dihadapi konsumen dalam menggunakan kendaraan listrik.
Saat ini PLN mencatat hingga awal 2024 telah membangun 1.124 unit SPKLU, 1.839 unit Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) dan 9.558 Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tentunya pembangunan ini masih belum bisa mengakomodir dari kebutuhan masyarakat, pasalnya pemilik kendaraan listrik saat ini lebih memilih melakukan pengisian baterai di rumah dengan nilai riset (59%) dibanding SPKLU (15%). Dan untuk penukaran baterai masyarakat memilih lokasi resmi brand (78%).
“Seiring dengan berkembangnya pasar EV di Indonesia, kolaborasi antara regulator dan produsen EV menjadi semakin krusial untuk mengatasi tantangan yang mendasar seperti aksesibilitas, jarak tempuh, biaya, hingga ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang menghambat integrasi kendaraan listrik bagi mobilitas konsumen sehari-hari,” ujar Dr. Timothy Astandu, CEO & Co-Founder Populix.
Dr Timothy juga menambahkan dengan memahami tantangan dan preferensi konsumen, sinergi ini menjadi kunci untuk mendorong adopsi EV secara lebih luas, serta meningkatkan pertumbuhan industri kendaraan EV di Indonesia. Dalam risetnya Populix juga menjabarkan harga dan kapasitas baterai yang diinginkan konsumen.
Harga sepeda listrik rata-rata sebesar Rp 4.700.000 dengan jarak tempuh 12,32 KM untuk memenuhi kebutuhan mobilitas mereka. Sementara itu kapasitas baterai motor listrik yang ideal adalah 74,93 KM. Dan, ekspektasi konsumen terhadap harga motor listrik rata-rata sebesar Rp 18.000.000. Dan rata-rata konsumen menilai harga mobil listrik yang ideal adalah sebesar Rp 250.000.000 dan memiliki jarak tempuh 261,18 KM. #