Cikarang – PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) mulai melakukan ekspor Suzuki Fronx dan sepedamotor Satria untuk wilayah Asia Tenggara. Kedua model yang belum lama diluncurkan itu, nantinya akan dinikmati oleh konsumen konsumen setempat sekaligus menjadi bukti bahwa merek Jepang ini memiliki kapabilitas mumpuni di industri otomotif nasional maupun global.
President Director PT Suzuki Indomobil Motor, Minoru Amano mengatakan, “Ekspor perdana Fronx dan Satria adalah bentuk nyata dari kesiapan Indonesia untuk bersaing pada pasar Internasional. Kami memproduksi kendaraan berstandar global serta mampu menyesuaikan dengan regulasi negara tujuan. Langkah maju ini menegaskan peran Indonesia sebagai salah satu basis produksi strategis Suzuki di Asia Tenggara.”
Langkah strategis ekspor Suzuki Fronx ini sangat didukung pemerintah. Hal ini ditandai oleh hadirnya Wakil Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Faisol Riza dalam seremoni kegiatan ini di pabrik Cikarang (18/11).
“Industri otomotif Indonesia merupakan industri yang kokoh, karena menyerap tenaga kerja serta berkontribusi secara positif di Indonesia. Oleh karena itu, perayaan ekspor hari ini menunjukkan bahwa negara kita semakin kuat dan bisa menjadi pemain global. Suzuki Fronx dan Satria di Asia Tenggara adalah produk yang digemari. Kedua model adalah hasil pengembangan dari Suzuki selama ini, dan di masa akan datang terus berkembang,” kata Faisol Riza
Faisol melanjutkan, bahwa sektor industri manufaktur yang termasuk dalam industri pengolahan non migas, mencatat pertumbuhan sebesar 5,54 persen pada tahun ini dalam periode yang sama (year-on-year). Sementara terhadap Produksi Domestik Bruto, kenaikannya mencapai 17,3 persen.
Sebagai kontributor ekspor sektor manufaktur, Suzuki pede bahwa kedua produk yang dikapalkan sanggup memberikan injeksi positif bagi devisa negara. Merek yang sejak 1970-an membangun industri di dalam negeri ini menargetkan bisa mengekspor Fronx sebanyak 30.000 unit, serta Satria sebanyak 150.000 unit secara kumulatif hingga 2027.
Proyeksi kuantitas tersebut juga menempatkan masing-masing produk sebagai model strategis. Menurut kalkulasi internal, ekspor Suzuki Fronx diharapkan berkontribusi sekitar 30 persen terhadap performa perusahaan hingga 2027. Sedangkan Satria diharapkan mampu berkontribusi lebih kurang 60% dari keseluruhan ekspor sepedamotor dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun.
Pada tahap awal, kawasan Asia Tenggara akan menjadi destinasi utama ekspor Fronx dan Satria. Suzuki memilih Fronx untuk menjawab tren SUV global yang saat ini bertumbuh.
Sedangkan Satria dapat memenuhi hasrat publik sejumlah negara terhadap sepedamotor performa tinggi. Nantinya, apabila permintaan meningkat, tentu pabrikan ini akan mengekspansi wilayah lebih luas lagi.
Ekspor, sebagai salah satu aktivitas bisnis Suzuki juga menjadi simbol kerja keras dan dedikasi proses produksi hingga menghasilkan produk berkualitas.
Saat berwujud kendaraan, Suzuki mengupayakan kandungan komponen dalam negeri sekitar 63 persen untuk Fronx, sementara Satria sekitar 82 persen. Hal ini membuktikan bahwa rantai pasok lokal pun siap untuk berlaga di kancah internasional.
“Setiap unit yang kami kirimkan ke pasar mancanegara adalah representasi kompetensi industri serta kepercayaan terhadap kualitas tenaga kerja Indonesia. Ekspor ini tidak hanya memperluas jejak bisnis global Suzuki, tetapi juga memberikan multiplikasi manfaat ekonomi bagi ekosistem pemasok lokal, sumber daya manusia, hingga perekonomian nasional. Kami akan terus memperkuat sekaligus mengamankan posisi sentral Indonesia di panggung otomotif dunia,” pungkas Minoru Amano. (*)

















