Jakarta — Fungsi busi pada sepedamotor adalah memberikan percikan api untuk membakar campuran udara dan bahan bakar minyak (BBM) yang terkompresi di ruang bakar. Percikan api itu dihasilkan dari tegangan listrik yang disalurkan oleh koil ke busi.
Kalau percikan yang dihasilkan tidak optimal, maka motor sulit untuk mencapai performa maksimal, itulah kenapa kondisi busi tidak boleh dianggap remeh.
Secara fungsi, busi menerima tegangan tinggi dari koil (hingga 20.000 – 30.000 volt), lalu mengubahnya menjadi percikan api. Percikan ini membakar campuran bahan bakar dan udara di ruang bakar sehingga menghasilkan tenaga. Saat kondisi busi lemah, siklus pembakaran tidak sempurna. Efeknya bisa langsung terasa, mulai dari mesin brebet, kehilangan tenaga, hingga konsumsi bahan bakar meningkat.
Selain menjadi pemantik, fungsi busi juga untuk mengontrol pembakaran. Busi juga bisa difungsikan sebagai indikator mesin, jika berwarna cokelat muda kondisi pembakaran sempurna dan normal, warna yang terlalu hitam mengisyaratkan adanya masalah dengan komposisi BBM atau busi kotor, warna putih menjadi tanda bahwa kondisi mesin overheat.
Busi yang sudah tidak lagi dalam kondisi optimal bisa menyebabkan motor menjadi tidak nyaman digunakan. Kenali 6 tandanya, sebagai berikut:
- Motor susah dihidupkan, terutama saat mesin dingin
- Tenaga motor menurun atau ngempos saat digas,
- Mesin brebet atau tersendat-sendat,
- Konsumsi bahan bakar boros,
- Warna elektroda (ujung busi) menghitam (berjelaga) atau terlalu putih (overheat), dan
- Percikan api kecil atau tidak stabil jika dicek secara manual.
Kondisi Busi yang melemah juga dapat memengaruhi stabilitas kendaraan di jalan. Misalnya, pada kondisi saat menyalip, melaju di tikungan, atau berada di tengah kemacetan mesin bisa sajat tersendat mendadak atau terparah adalah mogok secara tiba-tiba. Karena itu, memahami kondisi busi bukan hanya soal menjaga performa motor, tetapi bagian dari upaya meningkatkan keselamatan berkendara.
Pengendara motor harus dapat mencegah kondisi seperti ini agar tidak terjadi kendala di jalan, disarankan melakukan cek kondisi busi secara rutin yang idealnya dilakukan setiap 4.000 kilometer, sementara penggantian disarankan pada rentang 8.000 – 12.000 kilometer.
“Busi itu komponen kecil, tetapi efeknya sangat besar terhadap performa motor. Ketika mulai muncul gejala seperti mesin susah hidup atau motor terasa kurang bertenaga, itu tanda bahwa busi harus segera diperiksa. Pada kondisi seperti ini, tentu bisa membahayakan pengendara apalagi saat motor digunakan,” ujar Wahyu Budhi, Training Analyst PT Wahana Makmur Sejati, main dealer sepedamotor Honda wilayah Jakarta & tangerang.
Mengabaikan busi yang melemah bisa berdampak besar, yang terparah adalah risiko kerusakan mesin. Main Dealer sepeda motor Honda Jakarta – Tangerang, PT Wahana Makmur Sejati (WMS) mengingatkan agar para pengendara tidak menyepelekan tanda-tanda kecil tersebut. Jika, motor mulai menunjukkan gejala tidak biasa, segera lakukan pemeriksaan di bengkel resmi AHASS Jakarta – Tangerang untuk memastikan motor tetap dalam kondisi terbaik.
“Kami mengimbau untuk para pengendara tidak menunda dan segera melakukan pengecekan di bengkel resmi AHASS. Pemeriksaan sejak dini dapat mencegah kerusakan lanjutan dan memastikan motor tetap aman digunakan setiap hari,” jelas Wahyu Budhi.
Didukung teknisi andal dan peralatan standar pabrikan, AHASS dapat mendiagnosa penyebab gangguan secara akurat sekaligus melakukan perawatan atau penggantian komponen bila diperlukan. Pada akhirnya, keselamatan dan kenyamanan berkendara sangat bergantung pada perhatian pemilik terhadap kondisi komponen motor. ##















