Bandung – GAC Indonesia menggelar media drive Aion UT, sebuah mobil hatchback bertenaga listrik yang dilepas dengan banderol Rp300 jutaan. Rute berkendaranya yakni dari Jakarta menuju Bandung (19/9/2025) pulang-pergi dalam satu hari.
Sebelum membahas seperti apa impresi berkendara dari mobil ini, kami akan paparkan sejumlah daya tariknya. Apalagi ini adalah pendatang baru kelas hatchback listrik, yang juga segmennya sudah ramai dijejali beragam mobil sekelas.
1. Jarak Tempuh Jauh
Salah satu keputusan untuk membeli mobil listrik selain karena efisien dalam biaya yang dikeluarkan, juga harus bisa menempuh jarak yang jauh. Hal tersebut menjadi daya tarik pertama dari mobil yang dikenalkan pada ajang GIIAS 2025 beberapa waktu lalu.
Aion UT memiliki dua varian Standard dan Premium, yang mana untuk varian Standard bisa menempuh jarak maksimal 400 km, berkat dukungan baterai berdaya 4,12 kWh.
Sedangkan varian Premium sanggup menggapai jarak hingga 500 km karena didukung baterai berkapasitas 60 kWh. Catatan jarak maksimal tersebut diukur berdasarkan metode pengukuran NEDC.
2. Dimensi Aion UT
Secara ukuran, dimensi dari Aion UT ini termasuk bongsor. Mungkin jika boleh disandingkan dengan mobil bensin, dimensinya mirip dengan Honda City Hatchback, dan jika sesama mobil listrik maka seperti Wuling Cloud EV.
Secara spesifikasi Aion UT memiliki panjang bodi mencapai 4.270 mm, lebar 1.850 mm dan tinggi 1.575 mm. Sumbu rodanya 2.750 mm, serta memiliki ground clearance 160 mm, yang mana cukup untuk penggunaan di perkotaan.
Dengan dimensi tersebut, hal ini berimbas pada kelegaan interiornya. Untuk membawa empat penumpang dewasa, kami tak ada masalah pada ruang kaki hingga jarak kepala dengan atap. Hal positif lainnya, jok baris kedua memiliki dua pengaturan sudut kemiringan.

3. Performa Mantap
Kebetulan unit yang kami jajal kali ini adalah varian Premium, yang dibekali motor penggerak bertenaga 150 kW (201 hp) dengan torsi mencapai 201 Nm. Sebuah angka yang dirasa pas untuk sebuah mobil perkotaan.
Namun saat dipaksa melibas tanjakan-tanjakan panjang khas tol Cipularang, Aion UT ini mudah saja melesat cepat meski mode berkendara yang dipakai adalah Comfort. Sebagai informasi, mode berkendara yang bisa dipilih yakni Comfort, Sport dan Eco.
Dari ketiganya yang membedakan adalah respon dari pedal akselerator, untuk sehari-hari mode Comfort dirasa paling pas. Lalu untuk efisiensi baterai bisa pakai mode Eco dengan regenerative brake yang kuat, dan untuk performa terbaik tentu saja mode Sport.
4. Panel Instrumen Pintar
Seperti halnya mobil merek Cina, Aion UT juga dibekali layar instrumen berukuran besar mencapai 14,6 inci yang berguna untuk seluruh pengaturan mobil. Dan didukung pula layar 8,8 inci yang terletak di balik kemudi.
Salah satu hal yang ditakutkan adalah respon panel instrumen yang lemot dan mengganggu fungsi mobil. Namun pihak GAC Indonesia mengatakan, jika mobil ini didukung prosesor Qualcomm SA8155P, yang tercanggih dan paling baru.
“Alhasil respon layarnya cepat, bisa mengerjakan banyak perintah dan menjalankan beberapa aplikasi sekaligus, termasuk bisa memproses voice command,” jelas Iqbal Taufiqurrahman, Product Planning and Strategy GAC Indonesia.
5. Harga AION UT Kompetitif
Tentunya banyak yang bertanya-tanya berapa harga dari Aion UT ini. Dengan dua varian yang ditawarkan, untuk varian Standard yakni dibanderol Rp325 juta dan varian Premium Rp363 juta. Dan ada tambahan Rp3 juta untuk opsi warna two-tone.
Jika melihat kompetitornya, maka harganya menjadi sangat menarik. Ini karena Wuling Cloud EV dilepas direntang Rp365 juta hingga Rp 404 juta dan MG 4 EV memiliki rentang harga Rp405 juta hingga Rp419 juta, untuk on-the-road Jakarta. ##