LAMPUNG – Kondisi infrastruktur jalan dan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) di lintas Sumatera jadi kendala tersendiri bagi para pengemudi bus.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah melakukan banyak pembangunan infrastruktur jalan di lintas Sumatera. Namun, untuk ruas jalan nasional, luput dari perhatian.
Banyak sopir bus pun mengeluhkan kondisi ini, di mana jelas dapat mempengaruhi perjalanan dan kenyamanan para penumpang.
“Kalau kami yang membawa bus untuk lintas Sumatera dari Lampung ke Jawa masalah infrastruktur jalan belum begitu jadi masalah meski di beberapa titik ada perbaikan jalan. Kendala kami alami untuk masalah pengisian bahan bakar minyak, utamanya saat masuk ke perbatasan-perbatasan kota/kabupaten. Kami dibatasi dalam pengisian bahan bakar, di mana untuk sekali mengisi kami dijatah per bus hanya boleh Rp 500.000,00,” ujar Nyoman Sudana, salah satu pengemudi bus dari PO Puspa Jaya.
Menurut Nyoman Sudana, kondisi ini jelas mempersulit para pengemudi. Dalam hal ini, mereka dipaksa harus mengatur siasat guna bisa memberikan kenyamanan kepada para penumpang.
“Tidak baik rasanya jika kendaraan yang kami bawa tiba-tiba kehabisan BBM. Untuk itu kami harus pintar-pintar dalam mengatur pengisian ulang BBM,” tambahnya.
Senada dengan Nyoman Sudana, Feri, pengemudi bus dari PO Gumarang Jaya. Menurutnya, kelangkaan BBM jadi kendala utama bagi para pengemudi untuk perusahaan otobus di lintas Sumatera. Untuk menyiasatinya, tak jarang pengemudi bus harus menyiapkan bahan bakar minyak cadangan di dalam bus dengan menggunakan jerigen.
“Mau tidak mau kami harus bawa Solar cadangan di dalam bus dengan menggunakan jerigen. Kami bisa membawa bahan bakar minyak sebanyak 40-60 liter sebagai bahan bakar cadangan untuk kendaraan yang kami bawa,” ujar Feri.
Sementara itu, pengemudi dari PO Siliwangi Antar Nusa (SAN) Apredo Anggara juga mengeluhkan kondisi jalan yang belum terlalu memadai dan juga pengisian bahan bakar yang sangat sulit di lintas Sumatera.
“Kondisi jalan untuk lintas timur dan barat di Sumatera sudah lumayan baik dan saat ini sudah ada tol yang bisa mempersingkat waktu perjalanan. Hanya saja pada beberapa ruas jalan di lintas tengah dan jalan non-tol banyak ditemukan jalan rusak dan bergelombang,” ujar Apredo.
Kondisi jalan yang rusak dirasakan sangat menghambat perjalanan, dan membuat perjalanan jadi tidak nyaman.
Para pengemudi ini berharap agar pengusaha otobus dapat menyampaikan keluhan mereka kepada pemerintah. Demi tereselenggaranya perjalanan yang aman dan nyaman. ##